Jumat, 27 Januari 2012

Dewa Budjana, Gigi dan Gitar

Akhir-akhir ini musik Indonesia bwt gw, cukup menjemukan. Musik-musik yang hampir bertema sama, berirama mirip,dan berkecenderungan mengikuti trend dari luar negeri. Makanya, gw melirikkan mata ke negeri Matahari Terbit, dimana SCANDAL bernaung.

Tapi, bukan berarti musik Indonesia tidak bagus. Masih ada beberapa yang gw suka, seperti Judika, Marcell, Afgan yang Panah Asmara, dll. Sayangya, belum ada lagi yang memberikan pencerahan baru. Seperti Padi, yang ketika baru muncul cukup menggebrak dengan musik idealisnya yang terbukti berhasil secara komersil. Mereka menawarkan lirik-lirik puitis (yang sepertinya sekarang sudah sedikit menghilang dari musik Indonesia) yang tidak mendayu-dayu. Proses kreativitas mereka sekarang ini sepertinya agak tersendat mengingat drummer mereka, Yoyo harus berurusan dengan yang berwenang.

Nah, ada satu band senior sebelum Padi yang lebih mumpuni. Band yang tetap bertahan di arus belantika musik Indonesia yang tengah nge-blur. GIGI namanya. 
Band ini berdiri tahun 1994. Personilnya kebanyakan terdiri dari musisi-musisi yang seringkali menjadi pengiring artis-artis ternama. Armand Maulana (vokal), Thomas Ramdhan (bass), Dewa Budjana (gitar), Aria Baron (gitar), dan Ronald Fristianto (drum) memulai debut mereka dengan album 'Angan'.
Konsep musik mereka yang mencoba menyatukan berbagai genre musik, sangatlah menarik. Duo gitar beda aliran, rock (Baron) dan jazz (Budjana) melebur menjadi satu. Penampilan mereka sangatlah apik, dan atraktif. Apalagi ketika album 'Dunia' keluar, inilah album yang sangat layak dinikmati pecinta musik. Dulu, gw dengerin kaset album ini berkali-kali. Mereka juga menyelipkan lagu instrumental berjudul 'Kropos', weleh!Sedapp sekali..

Sayangnya, di album berikutnya GIGI kehilangan Baron yang hendak melanjutkan studi di luar negeri. Meski kehilangan satu personilnya, GIGI tetap jalan. Ada yang menarik di album ini, Budjana seperti berusaha mengisi kekosongan Baron dengan memberi sedikit nafas rock di album ini. Rock dengan aroma yang bernuanza agak jazz. Distorsi yang dikeluarkan gitar Budjana memang terdengar sedikit kotor, tapi disinilah daya tarik album ini. Duet Thomas dengan Budjana di lagu 'Melayang' versi akustiknya sangatlah memuaskan dahaga gw, karena nuansa blues dan jazznya melekat erat.

Ronald dan Thomas yang keluar setelah album 3/4 dan masuknya Opet serta Budhy memang sedikit membuat GIGI agak 'melayang'. Tapi, disinilah kemampuan Budjana semakin tertantang dan akhirnya mengembangkan permainan yang lebih mandiri yang lebih 'Gigi'. Apalagi dengan formasi terbaru, dengan masuknya kembali Thomas dan drummer baru, Gusti Hendy, GIGI semakin konsisten di belantara musik Indonesia.

Sebenarnya yang ingin gw bahas ini adalah Budjana. Kemampuannya di musik jazz sudah tak terbantahkan lagi. Meski skillnya mumpuni, Budjana tetap rendah hati. Dia menyesuaikan diri dengan musik yang diusung GIGI. Prinsip Budjana dalam melodi, (klo gak salah ya..), kalau satu not saja sudah cukup, kenapa harus memainkan sembilan not atau lebih? Salut!

Permainan solo Budjana di GIGI memang tersimak cukup irit, tapi itu sudah cukup. Budjana menawarkan hal lain dalam permainan gitarnya di GIGI yaitu penguasaan sound dan permainan efek yang cukup njelimet. Kelihatannya seperti sederhana, tapi ternyata tidaklah sesederhana itu.

Ini settingan efek Budjana:
 Permainan gitarnya yang unik, jarang tapping, bending tapi tetap skillful. Teringat penampilannya bersama GIGI memainkan musik dwiwarna (kolaborasi dengan alat musik tradisional). Budjana memainkan satu solo dan mengakhirinya dengan satu sentuhan jari yang membuat suara gitarnya menjerit. Waaw!Apaan tuh..?Membuat saya teringat dengan sound gitarnya Eric Johnson yang tetap terdengar lembut dan begitu jernih di nada tinggi..

Sayang sekali, Budjana tidak begitu ekspresif dalam bermain gitar. Wajahnya tersimak cuek, meski jari jemarinya begitu sibuk menari-nari di fret gitar. Tapi itulah ciri khasnya. Permainan gitarnya yang seringkali menyelipkan nada kromatik itulah yang bikin gregetan. Meski terdengar seperti gak nyambung dengan musik, tapi buat gw nada itu masuk sekali. 

Inovasinya dalam solo seringkali menyegarkan. Siapa yang tidak ingat dengan intro lagu 'Perdamaian'? Intro yang khas dan terdengar begitu ngerock membuat lagu ini cepat melekat kembali setelah sebelumnya dikenal sebagai lagu qasidah. 

Toleransinya dalam kehidupan beragama pun sangatlah patut dicontoh!Ketika GIGI merilis album Raihlah Kemenangan yang notabene ditujukan bagi umat Muslim, merupakan salah satu buktinya. Keseriusannya menggarap lagu-lagu tersebut sangatlah mengagumkan. Cita rasa rock ala GIGI membuat album ini layak dijadikan contoh album religi terbaik. Kesuksesan GIGI dengan album religinya ini kemudian memicu artis-artis atau band-band lainnya berbondong-bondong merilis album religi di setiap bulan Ramadhan. Album ini menyelipkan kembali lagu Hilang dari album '3/4'.
Solo gitar Budjana yang masih terngiang adalah solo di singel religi Cinta Yang Tulus yang merupakan duet GIGI dengan almarhum Gito Rollies. Gw sangat suka dengan lagu aslinya dan ketika GIGI membawakannya kembali bersama penembang aslinya, Gito Rollies, adalah kejutan yang menyenangkan. Terdengar simpel dan begitu mudah dicerna, tapi delay di akhir solo begitu mencerahkan.

Sampai sekarang Dewa Budjana yang telah berumur 48 tahun, masih tetap eksis di dua dunia, baik jazz maupun GIGI. Gitaris ini patut dijadikan panutan, selain karena kemampuannya juga karena kepribadiannya yang rendah hati dan toleransi beragamanya yang luar biasa. Juga loyalitasnya terhadap dunia seni dan kebudayaan Indonesia. Sambil tetap menenteng gitar Parker Saraswati kesayangannya, entah apalagi kejutan yang bakal diberikan Budjana?
Yuk ah, tetap berharap dengan musik Indonesia, semoga bisa semakin berkembang ke arah yang lebih baik..Amiinnn!!

sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewa_Budjana
http://www.dewabudjana.com/v2/
http://www.gigionline.com/v2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar