Akhir-akhir
ini musik Indonesia bwt gw, cukup menjemukan. Musik-musik yang hampir bertema
sama, berirama mirip,dan berkecenderungan mengikuti trend dari luar negeri.
Makanya, gw melirikkan mata ke negeri Matahari Terbit, dimana SCANDAL bernaung.
Tapi, bukan
berarti musik Indonesia tidak bagus. Masih ada beberapa yang gw suka, seperti
Judika, Marcell, Afgan yang Panah Asmara, dll. Sayangya, belum ada lagi yang
memberikan pencerahan baru. Seperti Padi, yang ketika baru muncul cukup
menggebrak dengan musik idealisnya yang terbukti berhasil secara komersil.
Mereka menawarkan lirik-lirik puitis (yang sepertinya sekarang sudah sedikit
menghilang dari musik Indonesia) yang tidak mendayu-dayu. Proses kreativitas
mereka sekarang ini sepertinya agak tersendat mengingat drummer mereka, Yoyo
harus berurusan dengan yang berwenang.
Nah, ada
satu band senior sebelum Padi yang lebih mumpuni. Band yang tetap bertahan di
arus belantika musik Indonesia yang tengah nge-blur. GIGI namanya.
Band ini
berdiri tahun 1994. Personilnya kebanyakan terdiri dari musisi-musisi yang
seringkali menjadi pengiring artis-artis ternama. Armand Maulana (vokal),
Thomas Ramdhan (bass), Dewa Budjana (gitar), Aria Baron (gitar), dan Ronald
Fristianto (drum) memulai debut mereka dengan album 'Angan'.
Sayangnya,
di album berikutnya GIGI kehilangan Baron yang hendak melanjutkan studi di luar
negeri. Meski kehilangan satu personilnya, GIGI tetap jalan. Ada yang menarik
di album ini, Budjana seperti berusaha mengisi kekosongan Baron dengan memberi
sedikit nafas rock di album ini. Rock dengan aroma yang bernuanza agak jazz.
Distorsi yang dikeluarkan gitar Budjana memang terdengar sedikit kotor, tapi
disinilah daya tarik album ini. Duet Thomas dengan Budjana di lagu 'Melayang'
versi akustiknya sangatlah memuaskan dahaga gw, karena nuansa blues dan jazznya
melekat erat.
Ronald dan
Thomas yang keluar setelah album 3/4 dan masuknya Opet serta Budhy memang
sedikit membuat GIGI agak 'melayang'. Tapi, disinilah kemampuan Budjana semakin
tertantang dan akhirnya mengembangkan permainan yang lebih mandiri yang lebih
'Gigi'. Apalagi dengan formasi terbaru, dengan masuknya kembali Thomas dan
drummer baru, Gusti Hendy, GIGI semakin konsisten di belantara musik Indonesia.
Sebenarnya
yang ingin gw bahas ini adalah Budjana. Kemampuannya di musik jazz sudah tak
terbantahkan lagi. Meski skillnya mumpuni, Budjana tetap rendah hati. Dia
menyesuaikan diri dengan musik yang diusung GIGI. Prinsip Budjana dalam melodi,
(klo gak salah ya..), kalau satu not saja sudah cukup, kenapa harus memainkan
sembilan not atau lebih? Salut!
Permainan
solo Budjana di GIGI memang tersimak cukup irit, tapi itu sudah cukup. Budjana
menawarkan hal lain dalam permainan gitarnya di GIGI yaitu penguasaan sound dan
permainan efek yang cukup njelimet. Kelihatannya seperti sederhana, tapi
ternyata tidaklah sesederhana itu.
Ini
settingan efek Budjana:
Permainan
gitarnya yang unik, jarang tapping, bending tapi tetap skillful.
Teringat penampilannya bersama GIGI memainkan musik dwiwarna (kolaborasi dengan
alat musik tradisional). Budjana memainkan satu solo dan mengakhirinya dengan
satu sentuhan jari yang membuat suara gitarnya menjerit. Waaw!Apaan
tuh..?Membuat saya teringat dengan sound gitarnya Eric Johnson yang
tetap terdengar lembut dan begitu jernih di nada tinggi..
Sayang
sekali, Budjana tidak begitu ekspresif dalam bermain gitar. Wajahnya tersimak
cuek, meski jari jemarinya begitu sibuk menari-nari di fret gitar. Tapi itulah
ciri khasnya. Permainan gitarnya yang seringkali menyelipkan nada kromatik
itulah yang bikin gregetan. Meski terdengar seperti gak nyambung dengan musik,
tapi buat gw nada itu masuk sekali.
Inovasinya
dalam solo seringkali menyegarkan. Siapa yang tidak ingat dengan intro lagu
'Perdamaian'? Intro yang khas dan terdengar begitu ngerock membuat lagu ini
cepat melekat kembali setelah sebelumnya dikenal sebagai lagu qasidah.
Toleransinya
dalam kehidupan beragama pun sangatlah patut dicontoh!Ketika GIGI merilis album
Raihlah Kemenangan yang notabene ditujukan bagi umat Muslim, merupakan salah
satu buktinya. Keseriusannya menggarap lagu-lagu tersebut sangatlah
mengagumkan. Cita rasa rock ala GIGI membuat album ini layak dijadikan contoh
album religi terbaik. Kesuksesan GIGI dengan album religinya ini kemudian
memicu artis-artis atau band-band lainnya berbondong-bondong merilis album
religi di setiap bulan Ramadhan. Album ini menyelipkan kembali lagu Hilang dari
album '3/4'.
Solo gitar
Budjana yang masih terngiang adalah solo di singel religi Cinta Yang Tulus yang
merupakan duet GIGI dengan almarhum Gito Rollies. Gw sangat suka dengan lagu
aslinya dan ketika GIGI membawakannya kembali bersama penembang aslinya, Gito
Rollies, adalah kejutan yang menyenangkan. Terdengar simpel dan begitu mudah
dicerna, tapi delay di akhir solo begitu mencerahkan.
Sampai
sekarang Dewa Budjana yang telah berumur 48 tahun, masih tetap eksis di dua
dunia, baik jazz maupun GIGI. Gitaris ini patut dijadikan panutan, selain
karena kemampuannya juga karena kepribadiannya yang rendah hati dan toleransi
beragamanya yang luar biasa. Juga loyalitasnya terhadap dunia seni dan
kebudayaan Indonesia. Sambil tetap menenteng gitar Parker Saraswati
kesayangannya, entah apalagi kejutan yang bakal diberikan Budjana?
Yuk ah,
tetap berharap dengan musik Indonesia, semoga bisa semakin berkembang ke arah
yang lebih baik..Amiinnn!!
sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewa_Budjana
http://www.dewabudjana.com/v2/
http://www.gigionline.com/v2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar