Jumat, 28 Oktober 2011


Oh My God! Ini kan era globalisasi, doesn’t matter donk klo gw kadang-kadang speak English?

(Mumpung masih hari Sumpah Pemuda,sepertinya cocok untuk mengingatkan pemuda-pemudi negeri ini..^_^)

Negeri kita, Indonesia ini sekarang menjelma menjadi sebuah negeri yang semakin lama semakin tumbuh dan berkembang. Beberapa hal membuat kita bangga karenanya, dan ada juga yang hal-hal yang tidak membanggakan..Identitas kita sebagai bangsa Indonesia yang paling saya banggakan adalah bahasa Indonesia. Negeri kita terdiri dari ratusan bahasa daerah, dan semuanya bisa terikat dalam satu bahasa, Indonesia. Meski kemudian bahasa Indonesia sendiri berkembang dalam berbagai bentuk, seperti bahasa gaul, tapi teuteub ini juga bagian dari bahasa Indonesia. Nah, kita kan katanya sudah memasuki era globalisasi, yang katanya menjadikan banyak investor-investor asing  masuk ke negeri kita ini. Masuknya investor-investor ini mengharuskan kita mempelajari bahasa mereka bila ingin bekerjasama dengan lancar, biar nyambung gitu loh! Kita juga harus siap mengolah sumber daya manusia dan sumber daya alam kita agar bisa bersaing di dunia internasional. 

Salah satunya adalah dengan penguasaan bahasa asing yang mumpuni, contohnya bahasa Inggris-yang notabene adalah bahasa internasional. Dengan semakin majunya zaman, semakin pintar pula bangsa kita ber-cas-cis-cus bahasa Inggris. Bagus sih, karena berarti kita siap bersaing dengan bangsa lain di kancah internasional. Tapi, kepintaran ini terkadang membuat kita lupa dengan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.

Seringkali kita melihat tokoh-tokoh atau selebritas yang kita kagumi di televisi berbicara bahasa Indonesia gado-gado dengan Inggris, pake cabe tiga pula! Yang malah lebih kentara bahasa Inggrisnya daripada bahasa Indonesianya. Bahkan terkadang mereka memakai bahasa Inggris yang jelas-jelas memiliki padanan katanya dalam bahasa Indonesia. OMG! Apa mereka sudah lupa dengan bahasa Indonesia, bahkan mereka lebih memilih padanan kata-kata dalam bahasa Inggris? Oke deh, kalau misalkan mereka berkilah biar kita lebih bisa bersaing dengan bangsa lain. Tapi, bila konteksnya mereka diwawancarai oleh media asing atau acara yang berbahasa Inggris kita bisa maklum. Tapi, terkadang di acara-acara yang dipandu oleh orang Indonesia sendiri, teuteub campur-campur bahasanya.Nah?? Kita bangsa Indonesia, tapi terkadang kita merasa lebih gaya dan gaul dengan memakai bahasa Inggris. Pernah dalam satu tayangan dialog anak muda di sebuah televisi swasta dalam rangka memperingati 17-an, mereka dengan bangga menyanyikan lagu berbahasa Inggris! Hei, dimana nilai nasionalismenya?(mendingan dengerin lagu Merah Putih-nya Saykoji,deh..) Kita punya banyak lagu nasional yang bersemangat, dan hal ini pula yang diakui Cokelat tanpa malu-malu dan gengsi ketika mereka mengaransemen lagu-lagu itu..Keren!!!!


Apa kita sudah lupa, kalau identitas, rasa kebanggaan atau nasionalisme kita kadang terungkit dan tersentil oleh misalkan dukungan terhadap timnas, ketika budaya-budaya kita diakui oleh bangsa lain, atau bila ada WNI yang tertindas di negeri orang, dan itu terkadang bersifat insidental..??!!Kita lupa bahwa kita bisa memulai kebanggaan atau rasa itu sendiri dengan menggunakan selalu bahasa Indonesia..(tak harus selalu EYD, yaa..^^).

Terkadang saya miris campur bangga melihat penyanyi kita yang sekarang sudah berkewarganegaraan Perancis, Anggun. Meski sudah beralih KTP, tapi dia tidak lupa dengan akar budayanya sendiri. Waktu lihat di YouTube, dengan bangga dia melantunkan lagu Bubuy Bulan di hadapan orang Perancis. Klik disini. Begitu bangganya sebagai orang Indonesia, bahkan dia mengajarkan bahasa Indonesia kepada anaknya sendiri. Ketika menonton Anggun lagi dalam sebuah wawancara di televisi swasta, dia menjawab hampir semua pertanyaan (99.999%) dengan bahasa Indonesia, meski pembawa acaranya terkadang melontarkan pertanyaan dalam bahasa Inggris. Anggun sudah menjadi selebritas Eropa, tapi dia tetap rendah hati dan membumi tanpa melupakan darah Indonesianya.

Mungkin kita harus bercermin dengan bangsa Jepang, meski mereka bukanlah bangsa yang cukup fasih dengan bahasa Inggris, tapi mereka bisa mengekspor hasil budaya dan teknologi mereka tanpa melupakan cita rasa Jepangnya. Contoh saja budaya J-pop yang melahirkan L-Arc En Ciel, Scandal, Utada Hikaru, B’z,dll. Banyak lagu-lagu mereka yang tetap berlirik Jepang dan hal tersebut tidak menjadikan grup mereka kekurangan penggemar dari luar Jepang. Padahal tidak semua artis-artis Jepang tersebut fasih berbahasa Inggris,lho..(terkecuali idola saya, Utada Hikaru,hehehe..)Orisinalitas tetap mereka junjung, dan terkadang membuat bangsa lain yang ingin mempelajari bahasa Jepang, bukan sebaliknya. Banyak budaya mereka yang bisa dikagumi dan tetap dalam koridornya-tanpa harus ber-Inggris ria-. Mereka mempunyai huruf katakana, yang kebanyakan digunakan sebagai kosakata bahasa serapan dari bahasa asing. Mereka bangga sekali dengan bahasanya, sangat bangga sekali sampai-sampai membuat mereka tidak terlalu fasih berbahasa asing lainnya..^^

Jadi, bagaimana? Apa kita sudah cukup bangga sebagai bangsa Indonesia?..Lupakan soal keluh kesah tentang sisi minus negeri kita ini, dan mari kita bangun sisi positif dengan mulai bangga berbahasa Indonesia,booo!!

(gw juga dulu doyan ngomong gado-gado, tapi ayolah kita coba berubah..kita coba bareng-bareng yaaakk!^^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar