Oh My God! Ini kan era globalisasi, doesn’t matter donk klo gw kadang-kadang speak English?
(Mumpung masih
hari Sumpah Pemuda,sepertinya cocok untuk mengingatkan pemuda-pemudi negeri
ini..^_^)
Negeri kita, Indonesia
ini sekarang menjelma menjadi sebuah negeri yang semakin lama semakin tumbuh
dan berkembang. Beberapa hal membuat kita bangga karenanya, dan ada juga yang
hal-hal yang tidak membanggakan..Identitas kita sebagai bangsa Indonesia yang
paling saya banggakan adalah bahasa Indonesia. Negeri kita terdiri dari ratusan
bahasa daerah, dan semuanya bisa terikat dalam satu bahasa, Indonesia. Meski
kemudian bahasa Indonesia sendiri berkembang dalam berbagai bentuk, seperti bahasa
gaul, tapi teuteub ini juga bagian dari bahasa Indonesia. Nah, kita kan
katanya sudah memasuki era globalisasi, yang katanya menjadikan banyak
investor-investor asing masuk ke negeri
kita ini. Masuknya investor-investor ini mengharuskan kita mempelajari bahasa
mereka bila ingin bekerjasama dengan lancar, biar nyambung gitu loh! Kita
juga harus siap mengolah sumber daya manusia dan sumber daya alam kita agar
bisa bersaing di dunia internasional.
Salah satunya
adalah dengan penguasaan bahasa asing yang mumpuni, contohnya bahasa
Inggris-yang notabene adalah bahasa internasional. Dengan semakin majunya
zaman, semakin pintar pula bangsa kita ber-cas-cis-cus
bahasa Inggris. Bagus sih, karena berarti kita siap bersaing dengan bangsa lain
di kancah internasional. Tapi, kepintaran ini terkadang membuat kita lupa
dengan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.
Seringkali kita
melihat tokoh-tokoh atau selebritas yang kita kagumi di televisi berbicara
bahasa Indonesia gado-gado dengan Inggris, pake cabe tiga pula! Yang malah
lebih kentara bahasa Inggrisnya daripada bahasa Indonesianya. Bahkan terkadang
mereka memakai bahasa Inggris yang jelas-jelas memiliki padanan katanya dalam
bahasa Indonesia. OMG! Apa mereka sudah lupa dengan bahasa Indonesia, bahkan
mereka lebih memilih padanan kata-kata dalam bahasa Inggris? Oke deh, kalau
misalkan mereka berkilah biar kita lebih bisa bersaing dengan bangsa lain.
Tapi, bila konteksnya mereka diwawancarai oleh media asing atau acara yang
berbahasa Inggris kita bisa maklum. Tapi, terkadang di acara-acara yang dipandu
oleh orang Indonesia sendiri, teuteub
campur-campur bahasanya.Nah?? Kita bangsa Indonesia, tapi terkadang kita merasa
lebih gaya dan gaul dengan memakai bahasa Inggris. Pernah dalam satu tayangan
dialog anak muda di sebuah televisi swasta dalam rangka memperingati 17-an,
mereka dengan bangga menyanyikan lagu berbahasa Inggris! Hei, dimana nilai
nasionalismenya?(mendingan dengerin lagu Merah Putih-nya Saykoji,deh..) Kita
punya banyak lagu nasional yang bersemangat, dan hal ini pula yang diakui
Cokelat tanpa malu-malu dan gengsi ketika mereka mengaransemen lagu-lagu itu..Keren!!!!
Apa kita sudah
lupa, kalau identitas, rasa kebanggaan atau nasionalisme kita kadang terungkit dan
tersentil oleh misalkan dukungan terhadap timnas, ketika budaya-budaya kita diakui
oleh bangsa lain, atau bila ada WNI yang tertindas di negeri orang, dan itu
terkadang bersifat insidental..??!!Kita lupa bahwa kita bisa memulai kebanggaan
atau rasa itu sendiri dengan menggunakan selalu bahasa Indonesia..(tak harus
selalu EYD, yaa..^^).
Terkadang saya
miris campur bangga melihat penyanyi kita yang sekarang sudah
berkewarganegaraan Perancis, Anggun. Meski sudah beralih KTP, tapi dia tidak
lupa dengan akar budayanya sendiri. Waktu lihat di YouTube, dengan bangga dia
melantunkan lagu Bubuy Bulan di hadapan orang Perancis. Klik disini. Begitu bangganya sebagai orang Indonesia, bahkan dia mengajarkan bahasa
Indonesia kepada anaknya sendiri. Ketika menonton Anggun lagi dalam sebuah
wawancara di televisi swasta, dia menjawab hampir semua pertanyaan (99.999%)
dengan bahasa Indonesia, meski pembawa acaranya terkadang melontarkan
pertanyaan dalam bahasa Inggris. Anggun sudah menjadi selebritas Eropa, tapi
dia tetap rendah hati dan membumi tanpa melupakan darah Indonesianya.
Mungkin kita
harus bercermin dengan bangsa Jepang, meski mereka bukanlah bangsa yang cukup
fasih dengan bahasa Inggris, tapi mereka bisa mengekspor hasil budaya dan
teknologi mereka tanpa melupakan cita rasa Jepangnya. Contoh saja budaya J-pop
yang melahirkan L-Arc En Ciel, Scandal, Utada Hikaru, B’z,dll. Banyak lagu-lagu
mereka yang tetap berlirik Jepang dan hal tersebut tidak menjadikan grup mereka
kekurangan penggemar dari luar Jepang. Padahal tidak semua artis-artis Jepang
tersebut fasih berbahasa Inggris,lho..(terkecuali idola saya, Utada
Hikaru,hehehe..)Orisinalitas tetap mereka junjung, dan terkadang membuat bangsa
lain yang ingin mempelajari bahasa Jepang, bukan sebaliknya. Banyak budaya
mereka yang bisa dikagumi dan tetap dalam koridornya-tanpa harus ber-Inggris
ria-. Mereka mempunyai huruf katakana, yang kebanyakan digunakan sebagai
kosakata bahasa serapan dari bahasa asing. Mereka bangga sekali dengan
bahasanya, sangat bangga sekali sampai-sampai membuat mereka tidak terlalu
fasih berbahasa asing lainnya..^^
Jadi, bagaimana?
Apa kita sudah cukup bangga sebagai bangsa Indonesia?..Lupakan soal keluh kesah
tentang sisi minus negeri kita ini, dan mari kita bangun sisi positif dengan
mulai bangga berbahasa Indonesia,booo!!
(gw juga dulu
doyan ngomong gado-gado, tapi ayolah kita coba berubah..kita coba bareng-bareng
yaaakk!^^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar