Senin, 19 November 2012

Orang 'Terpelajar' Vs Orang Yang Ingin Belajar


Pasti banyak orang yang suka nonton komedi. Selain menghibur juga bisa melemaskan otot-otot muka kita yang terasa tegang seharian. Selain komedian, banyak juga profesi lain yang kadang latah membuat dagelan. Orang-orang yang terpelajar juga suka sekali membuat lelucon. Bahkan seorang Albert Einstein pun seringkali membuat lelucon, hehe.
 
 Tapi di Indonesia kita akan mudah sekali menemukan orang-orang terpelajar yang suka melawak. Selain orang-orang yang benar-benar terpelajar, yang 'katanya' terpelajar pun sering membuat dagelan. Selain lucu, kadang cukup miris melihat  lawakan mereka yang 'katanya terpelajar'. Mereka yang katanya terpelajar ini bahkan cukup layak disediakan panggung tersendiri untuk lawakannya yang 'khas'. Saking khasnya penonton pun akan bingung apa perlu tertawa atau layak diberikan tepuk tangan untuk lawakan mereka ini.

Kita bisa melihat sendiri lawakan mereka di gambar-gambar di bawah ini. Mereka yang 'katanya' terpelajar ini bahkan butuh miliaran rupiah untuk merenovasi toilet dan tempat rapat di tempat mereka yang terhormat. Miliaran rupiah untuk laptop mereka yang digunakan untuk bekerja, atau bahkan dulu mereka sempat pula minta mesin cuci. Haloo? Mesin cuci?
Kita juga pernah melihat mereka yang katanya terpelajar ini melihat-lihat video porno di sela-sela rapat, dan akhir-akhir ini ada juga kepergok main game saat rapat. Tapi, karena memang cukup terpelajar, mereka juga pintar sekali berdalih..


Bahkan mereka merasa Indonesia tidak cukup terpelajar hingga merasa perlu mengunjungi negara lain agar mereka bisa jauuuuh lebih terpelajar dengan membanding-bandingkan sistem di Indonesia dengan yang ada di negara lain. Entah itu sistem perbankan, pemerintahan atau untuk mendapat inspirasi membuat logo PMI yang baru.
 
Lawakan mereka benar-benar membuat banyak orang tertawa terbahak-bahak hingga mengeluarkan air mata..Top markotob banget lawakannya! Mereka tidak perlu berdiri untuk melawak, cukup dengan duduk dan tertidur saat rapat bahkan bisa membuat orang tertawa-tawa. Dengan gaji yang cukup 'wah' banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan kursi mereka yang 'katanya' terpelajar ini..

Sekarang kita lihat gambar di bawah ini. Ini orang-orang yang berusaha ingin jadi terpelajar. Merekalah yang katanya diwakili orang-orang terpelajar di atas.Begitu tinggi sekali semangat mereka untuk menjadi orang yang terpelajar.  Teringat waktu saya kecil yang seringkali berjalan kaki dari rumah ke sekolah yang berjarak sekitar satu kilometer lebih. Tapi itu juga lewat trotoar di pinggir jalan besar yang cukup aman dan menyenangkan dilewati bersama teman-teman.

Plis deh, mereka ini bukan datang ke sekolah untuk belajar, pulang, nongkrong-nongkrong dan terus tawuran. Untuk apa tawuran, toh dengan meniti jembatan ini juga sama tinggi risikonya. Mereka juga tidak pergi ke sekolah agar kelak ketika mereka sudah dewasa, mereka bisa belanja ke luar negeri dengan memakai uang orang.

Coba lihat mereka yang hidup di pedalaman yang harus melewati jalan setapak berkilo-kilometer jauhnya, lalu menyeberangi sungai menuju sekolah. Bahkan ada yang harus menyeberangi sungai yang cukup deras yang cukup lebar. Mereka harus berhati-hati menyeberanginya karena bila tidak, akan fatal akibatnya.Ada juga anak-anak yang tetap bersekolah meski gedung sekolah mereka sudah rusak. Tapi meskipun begitu, mereka tetap bersemangat menjalaninya. Mereka ingin sekolah, ingin jadi orang yang pintar dan terpelajar. Demi untuk itu pula, mereka rela dan berani menjalani itu semua. Sepertinya selain orang terpelajar, negara ini butuh pula orang-orang pemberani.



Setelah saya membaca kolom Rene Suhardono di Kompas Sabtu, 17 November 2012,tentang pelajar di Sumatera Barat yang harus menyabung nyawa demi sekolah, saya merasa perlu untuk melakukan sesuatu. Setidaknya dengan ikut berpartisipasi dalam petisi online yang diprakarsai Rene Suhardono. Silakan ikut berpartisipasi dalam petisi tersebut di: http://www.change.org/jembatananakbangsa .Saat ini telah ada 2000 lebih orang yang telah ikut serta. Ayo, ikut berpartisipasi! Demi anak bangsa!

ingin belajar
sudah terpelajar
ingin jadi orang terpelajar
Tapi, bukan berarti pula bahwa mereka semua yang berkerja di gedung terhormat tersebut berlaku seperti itu. Ada juga sebagian kecil dari mereka yang bersungguh-sungguh memperjuangkan orang-orang yang diwakilinya. Tapi itupun hanya segelintir, karena yang lebih banyak terlihat adalah yang orang-orang yang berlaku sebaliknya. Saya hanya berharap mereka bisa lebih mendengarkan suara orang-orang yang diwakilinya, bukan suara hati dan kemauan mereka sendiri.

Saya sangat menghargai sekali mereka yang benar-benar berjuang untuk rakyat dan merasa miris melihat perjuangan mereka ternodai oleh mereka yang 'katanya' wakil dari rakyat yang telah memilihnya.

Maafkan saya yang masih bodoh dan masih perlu banyak belajar ini, karena saya hanya mengeluarkan uneg-uneg saja, mungkin mereka yang lebih terpelajar lebih mengetahui solusi yang lebih tepat untuk uneg-uneg saya. Sebagai penutup, saya tambahkan gambar di bawah ini dan menggantinya dengan kata-kata yang lebih umum dikenal oleh kita. Tanpa banyak komentar, silakan bandingkan! hehe..

Wakil Rakyat
Rakyat
Sumber:
- berbagai sumber media online.

1 komentar: